Mengenal Desa Darma Dan Hubungannya Dengan Kerajaan Islam Cirebon

Pada awalnya Desa Darma tidaklah adalah desa, waktu itu tidak lebih sebatas satu tempat yang jadikan semacam pos pertahanan kerajaan Islam Cirebon, untuk menyerang kerajaan Galuh Talaga serta kerajaan Galuh Ciamis. Desa Darma mempunyai luas 91. 58 km2 terdiri atas 5 dusun ini, terdapat di samping Utara Kecamatan Cigugur, samping Selatan Kabupaten Ciamis, samping Timur Kecamatan Nusaherang, Kadugede serta Hantara, samping Barat Kabupaten Majalengka.

Penelusuran jejak desa ini, diprediksikan berlangsung mulai th. 1528 M, semacam pos pertahanan pada pertempuran paling akhir kerajaan Islam Cirebon, peperangan dengan kerajaan Galuh Talaga yang berjalan sepanjang kurun saat 5 th. serta 5 kali pertempuran. Seluruh kemampuan kerajaan Islam di nusantara seperti kerajaan Islam dari Sumatera, Malaka, Banten serta Dari Demak oleh kerajaan Cirebon (Syekh Syarif Hidayatullah) dikerahkan untuk memerangi kerajaan Galuh Talaga, hingga pada peperangan itu kemenangan bisa di capai oleh kerajaan Islam Cirebon.

Pada peperangan paling akhir, kerajaan Islam Cirebon kecuali berperang dengan kerajaan Galuh Talaga pula berperang dengan kerajaan Galuh Ciamis, tetapi menurut narasi saat sebelum kerajaan Islam Cirebon menyerang kerajaan Galuh Ciamis, kerajaan Galuh Ciamis (masih tetap satu keturunan dengan kerajaan Galuh Talaga) sudah menyerah pada kerajaan Islam Cirebon, serta berikrar bahwa kerajaan Galuh Ciamis tak bakal mengganggu serta menyerang kerajaan Islam Cirebon, tetapi semacam aksi antisipasi kerajaan Islam Cirebon terus bikin pos pertahanan daerah situ Panjalu Ciamis (Situ Lengkong).

Di perbatasan kerajaan Galuh Talaga dengan kerajaan Cirebon, serangan pasukan Prabu Jaya Diningrat dari kerajaan Galuh Talaga dihadang oleh pasukan Adipati Kuningan Suraga Jaya, sang Suraga Jaya adalah putra dari Ki Gedeng Luragung (Jaya Raksa) anak angkat Arya Kamuning (Barata Wijaya) yang ditugaskan oleh kerajaan Cirebon supaya membuat perlindungan pesantren-pesantren yang ada di perbatasan kerajaan Cirebon dengan kerajaan Galuh Talaga.

Pada saat peperangan paling akhir th. 1700 M. Pasukan Putra Sri Baduga Maha Raja (Haji Abdulah Imam) dengan pasukan putra Prabu Ningrat Kancana (Prabu Jaya Diningrat) yang di pimpin oleh Haji Abdulah Imam serta Fadilah Khan dan dibantu oleh kerajaan-kerajaan Islam yang lain termasuk juga Wadya Balad dari pos pertahanan di desa Darma dikerahkan untuk menyerang ke kerajaan Galuh Talaga. Ketika itu pos pertahanan di pimpin oleh seseorang ulama dari Malaka yakni Syeh Datuk Kaliputah (Embah Damar Wulan), beliau utusan kerajaan Islam Cirebon. Satu hari Syekh Datuk Kali Putah kehadiran utusan dari kerajaan Islam Cirebon yakni Syekh Rama Haji Irengan dengan membawa pesan, “Katakan pada Syeh Datuk Kaliputah, bahwa kerajaan Islam Cirebon sekarang ini memperoleh ancaman dari kerajaan Galuh Talaga serta kerajaan Galuh Ciamis. ”

Pesan itu juga di sampaikan oleh Syekh Rama Haji Irengan pada Syekh Datuk Kali Putah (Embah Damar Wulan). Pada akhirnya Syekh Datuk Kali Putah mempersiapkan pasukan untuk turut menyerang kerajaan Galuh Talaga yang di pimpin oleh Syekh Habibullah (Embah Sapu Jagat) dengan pasukan yang lain, yakni Embah Buyut Rangga Jaya, Embah Buyut Rangga Wisesa, Embah Buyut Rangga Wisempek, serta Embah Buyut Sudamelawi. Ke lima utusan itu menuju satu tempat yang berbatasan segera dengan kerajaan Galuh Talaga dengan jarak dari desa Darma lebih kurang enam puluh km. naik turun gunung, Kaki Gunung Gede (Gunung Ciremai), tepatnya di Gunung Pucuk. Pasukan itu menyerang pasukan Galuh Talaga yang coba menyusup ke kerajaan Cirebon lewat kaki Gunung Gede (Gunung Ciremai).

Pertempuran juga berjalan cukup sengit, serta berjalan cukup lama, enam bln. lamanya. Pada akhirnya ke lima tokoh itu usai perang tak seluruhnya kembali ke Darma, tetapi mereka ada yang menetap di kaki gunung Ciremai, ada juga yang menetap di Situ Sanghiang serta ada yang kembali ke desa Darma, yakni Syekh Habibullah (Embah Sapu Jagat).

Sepulangnya dari peperangan Embah Sapu Jagat menetap di dusun Gunung Luhung. Luhung berarti pandai/sakti, tetapi lantaran takut dikira terlampau sombong, pada akhirnya ditukar nama Gunung Luhung jadi Gunung Mulia.

Kurang lebih pada th. 1732 M. Darma telah mulai ditempati oleh orang-orang dengan budaya serta dampak di ambil dari kerajaan Galuh Talaga yang berpedoman agama Hindu. hal semacam ini dibuktikan dengan sisa-sisa peninggalan histori baik seperti narasi Lutung Kasarung yang berlokasi di desa Karang Sari, desa Gunung Sirah, ataupun peninggalan berbentuk material atau puing-puing sisa bangunan serta candi yang diketemukan di daerah Sagara Hiang.

Darma adalah daerah di selatan pegunungan Ciremai dengan keadaan alam yang amat indah, menghijau hamparan persawahan cukup luas, mata air mengalir dengan jernihnya, sungai berkelok mengelilingi tiap-tiap kampung. melintang dari timur ke barat membelah lokasi waduk Darma, hingga jadi salah satu daya tarik yang mengagumkan, jadi dalam sekejap Darma sudah jadi pusat aktivitas orang-orang yang cukup maju serta saat ini jadi suatu kecamatan. 


"Happy Car Rental/Happy Rent Car"
( Sewa Mobil Murah Di Cirebon - Rental Mobil Murah Di Cirebon )
PT. Budhi Surya Sejahtera - Pondok Avicenna,
Jl. Taman Pemuda No. 2 Cirebon
Telp. 08156407913 / 081298476511


0 komentar:

Posting Komentar